Setiap orang yang mendirikan bisnis atau perusahaan pasti menginginkan bisnisnya bisa sukses di kemudian hari. Namun ternyata kita sering melakukan kesalahan yang dapat membuat bisnis yang kita rintis bangkrut dalam waktu yang singkat.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, mari kita simak sebuah kisah nyata yang bisa kita ambil sebagai sebuah contoh atau pembelajaran.
Di kantor tempat saya bekerja terdapat sebuah kedai yang menjual es kacang merah. Dia hanya sendirian tidak memiliki pesaing dengan niche yang sama. Karena di sekitarannya hanya terdapat penjual baju, sepatu, bengkel, mie ayam bakso dan lainnya. Lokasi kedainya berada di samping pasar.
Seluruh karyawan yang bekerja di kantor ini sangat senang sekali jajan di kedai tersebut. Karena es yang higienis, kacang merah yang memiliki banyak manfaat dan rasa yang begitu nikmat untuk diminum di siang hari.
Karyawan yang bekerja di kantor ini bergerak di bidang pengembangan aplikasi. Kita sama-sama tahu bagaimana cara kerja mereka, begitu santai, suka jajan, ngopi. Karena ketika sebuah aplikasi sudah mencapai target penjualan maka kerjaan kami hanya santai dan ngobrol saja.
Seiring berjalannya waktu saya merasakan ada yang berbeda, mulai dari rasa yang mulai berkurang, kualitas dari kacang merah yang menurun dan terkadang santan yang terasa asam, sehingga saya menduga ini adalah santan kemarin dan tidak dibuang tetapi masih digunakan.
Lambat laun para pelanggan pun menurun, padahal dulu kedai es ini menjadi tujuan utama ketika anak-anak SMA pulang sekolah.
Karena penjualan mulai menurun, maka pedagang es ini pun buka dengan seenaknya sendiri. Pembeli yang ingin membeli esnya ketika sudah sampai di kedai tersebut, ternyata kedai ini belum buka, hal ini membuat pelanggan kecewa hingga lambat laun saya menyaksikan kedai ini pun tutup dan akhirnya bangkrut.
Mari kita mengambil pelajaran dari kesalahan yang dilakukan oleh pedagang di atas.
1. Tidak bisa menjaga kualitas produk yang mereka jual.
Sebenarnya ini adalah kebiasaan masyarakat kita terutama pedagang kecil dan menengah. Mereka biasanya berpikir:
“Daripada santan itu dibuang, kenapa tidak saya gunakan untuk membuat es besok?”
Padahal santan yang telah lama akan membuat rasa asam dan membuat es yang kita jual menjadi tidak enak.
Inilah yang lambat laun membuat kualitas produk yang dijual menurun sedikit demi sedikit. Akibatnya, pelanggan pun secara otomatis akan berkurang seiring menurunnya kualitas produk yang dijual.
Berbeda dengan perusahaan skala besar, mereka selalu mengutamakan kualitas produk yang mereka jual dan terus menjaga kualitas dengan standar operasional yang telah mereka buat. Produk yang mereka jual benar-benar pada kualitas terbaik sehingga lama-kelamaan pelanggan semakin banyak bukan semakin hilang dan pergi.
2. Tidak membuat standar operasional perusahaan
Bukan dalam usaha skala besar, mari kita melihat perusahaan sekala kecil, anggap saja bisnis rumah makan menengah ke bawah. Bagaimana jika pemilik utama mereka telah meninggal dunia, apakah bisnis ini akan bisa bertahan.
Ternyata tidak, karena di warung langganan saya ketika orang tua (pemilik utama) telah melepaskan dirinya dan memberikan warung ini kepada anaknya dia tidak menuliskan standar baku yang di diberikan kepada anaknya. Hal ini menyebabkan rasa, kualitas dan pelayanan yang ada di rumah makan ini menurun drastis. dengan hal ini lambat laun para pembeli pun mulai enggan untuk datang ke warung ini.
Ini adalah contoh kecil yang kita lihat sehari-hari dan masih banyak jenis usaha lainnya yang juga gulung tikar setelah diserahkan kepada anaknya.
Hal ini terjadi karena orang tua tidak memberikan ilmu standar baku yang digunakan perusahaan. Mereka memberikan perusahaan tanpa standar operasional yang ada, mulai dari resep maupun pelayanan.
Tentunya ini akan membuat perusahaan tidak akan bisa berjalan secara turun temurun. Berbeda jika perusahaan profesional seperti KFC dan lain sebagainya, yang diwaralabakan, maka mereka menerapkan standar baku dari perusahaan pusat.
Bagaimana dengan perusahaan kita? Bagaimana dengan bisnis kita yang tidak memiliki standar baku yang tidak tertulis, bisakah diwariskan dan diwaralabakan?
3. Tidak memiliki jam buka yang tetap
Kebanyakan perusahaan kecil, pedagang kecil, seperti yang saya contohkan di atas, ketika dia mulai gulung tikar maka dia mulai kehilangan semangat untuk berdagang. Ketika semangat berdagang mulai menghilang, kita mulai buka dagangan seenaknya, tidak memiliki jadwal buka yang baku dan sering tutup.
Bagaimana kita bisa sukses jika kita berdagangan dengan cara seperti ini. Bukankah lebih baik memperbaiki kualitas produk dan pelayanan, agar perusahaan yang mulai sepi pelanggan menjadi ramai kembali?
Jika kita mulai hilang semangat, pelayanan menurun, jam buka seenaknya sendiri, maka saya yakin dalam waktu yang tidak lama perusahaan anda akan tutup dan bangkrut.
Ini adalah contoh kasus yang bisa kita lihat di sekitar kita. Semoga bisa memberikan inspirasi dan motivasi bisnis dan anda bisa kembali bangkit untuk sukses di kemudian hari.