9 Tokoh Sastra di Masa Kemerdekaan

Nino Artikel

tokoh sastra

Sejak kapankah kesusastraan Indonesia modern lahir? Jika kita berbicara tentang lahirnya kesusastraan modern, sebenarnya sejak tahun 1922 sudah mulai lahir modern. Di mana saat itu telah muncul penulis-penulis baru dengan model gaya pemikirannya yang berbeda dengan dasar sastra yang sebelumnya yakni sastra yang berbasis sastra melayu, sastra jawa dan sastra-sastra lain yang lebih tua, baik secara lisan maupun tertulis.

Namun meskipun demikian, sebelum era 1945 tidak pas jika dikatakan bahwa sastra modern lahir di Indonesia karena belum tampak peran yang sebenarnya. Oleh karena anggapan itu lah maka semangat baru mulai tercatat pada era 45-an, yang mana saat itu para penulis atau penggagas sastra mampu menorehkan karya-karyanya dengan bermacam-macam aliran.

Lalu siapa sajakah tokoh sastra modern ?

Sedikit banyak orang mulai melupakan tentang tokoh-tokoh sastra modern ini, meski sebenarnya telah diajarkan di sekolah-sekolah, di perguran tinggi, tapi karena tertutup oleh karya-karya sastra popular membuat sastra lama sedikit tersingkirkan. Faktanya, tak banyak yang tahu tentang pekarya-pekarya sastra era 45-an ini, mungkin hanya beberapa yang paling terkenal karyanya pada saat itu, misalnya Chairul Anwar.

Berikut adalah 9 tokoh pada era 45-an yang ikut meramaikan kesustraan Indonesia dengan karya-karyanya. Dengan ini diharapkan generasi pemuda dapat mengingat kembali tentang perjuangan mereka dalam melahirkan karya-karya yang sampai di era ini selalu dijadikan tolok ukur bagi penggagas sastra popular.

9 tokoh sastra di masa kemerdekaan:

chairil anwar, tokoh sastra 45Chairil Anwar

Pemuda yang dikenal dengan sebutan ‘binatang jalang’ ini berhasil mencetuskan semangat baru dalam setiap karya-karyanya. Sanjak-sanjaknya sangat terkenal dan dijadikan motivasi sampai saat ini. Sanjak yang paling terkenal dan dijadikan petikan sampai kini adalah sanjak berjudul “Aku”, yang ia umpamakan sendiri sebagai binatang jalang.

idrus sastrawan 45Idrus

Jika Chairul Anwar disebut sebagai pembaharu , maka Idrus adalah tokoh pembaharu prosa. Karya-karyanya sangat lugas, mengatakan dengan terus terang apa yang ingin disampaikan, bahkan ia sangat menyukai kata Belanda, dalam setiap karya-karyanya.

Pramudiya Ananta TurParamudiya Ananta Tur

Pramudiya Ananta Tur merupakan penulis prosa, karya pertamanya berjudul “Di Tepi Kali Bekasi” yang dirampas oleh Nefis. Namun demikian, salah satu karyanya yang sangat populer adalah “Kemelut”, yang mengisahkan kemalangan sebuah kereta api yang hebat di Purwokerto. Kisah yang ia tuangkan sangat menyayat hati sehingga namanya hingga saat ini tetap populer.

Sitor_Situmorang_Kesusastraan_Modern_Indonesia_p188Sitor Situmorang

Sitor Situmorang adalah tokoh era 50-an namun memiliki andil besar dalam dunia kesusastraan modern. Ia termasuk tokoh yang memikat, seorang penulis yang menguasai banyak lapangan dan menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Salah satu prestasinya, pada tahun 1945 ia mendirikan surat kabar setempat di Tarutung, kemudian pada tahun 1947 ia menjadi ketua surat kabar Waspada di kota Medan.

Ia juga mulai menulis esai. Karyanya yang terkenal adalah sajak duka yang telah dipersembahkan kepada Chairul Anwar. Sitor juga pernah menulis beberapa drama yang telah diterbitkan dalam buku berjudul “Jalan Mutiara”, berlatar belakang pesisir Danau Toba, Jakarta dan Muangthai.

Utuy Tatang SontaniUtuy Tatang Sontani

Dia adalah pekarya yang sangat kental dengan bahasa Sunda yang ia gunakan dalam setiap karyanya. Melalui karya-karyanya dalam bahasa Sunda itu lah dia ingin menunjukkan minatnya terhadap kesusatraan daerah atau sastra tradisional Sunda. Ia berhasil merampungkan karya saduran Sangkuriang dalam bahasa Indonesia dalam bentuk drama prosa pada tahun 1953.

Mochtar LubisMochtar Lubis

Ia adalah seseorang yang memiliki kebebasan dalam bekerja, memiliki keberanian moral yang sangat besar, sehingga ia mendapat mandat untuk menjadi ketua surat kabar Indonesia Raya. Ia terkenal karena keberaniannya menentang konsepsi-konsepsi politik Soekarno dengan garang, sampai akhirnya dia sempat dipenjara selama kurang lebih sembilan tahun antara 1956-1965.

Karyanya yang terkenal berbentuk prosa dengan judul “Tak Ada Esok”.

Trisno SumardjoTrisno Sumardjo

Tokoh yang mampu menerjemahkan naskah sebanyak tidak kurang dari tujuh buah drama Shakespeare. Hasil karyanya dapat dijumpai dalam buku “Kata Hati”, dan karya-karya yang dimuat antara tahun 1946-1950 sebanyak lima buah cerita pendek, dua buah drama pendek dan beberapa sajak. Karya-karya yang dihasilkan olehnya dianggap kurang menarik jika dibandingkan dengan penulis-penulis semasanya.

Asrul SaniAsrul Sani

Dia adalah seorang tokoh yang memiliki kiprah sangat besar dalam film Indonesia, ia banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, de St-Exupery, Richard Boleslavsky, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, Yasunari Kawabata, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.

Rifai ApinRivai Apin

Seorang tokoh kesusastraan pada era 45-an, semasa dengan Chairul Anwar. Ia lahir di Sumatera Barat, tepatnya di Padang Panjang, 30 Agustus 1927, kemudian wafat di Jakarta, April 1995. Karyanya yang utama adalah “Tiga Menguap Takdir”.

Prestasinya dalam dunia literasi di antaranya, Gema Tanah Air – 1948, Tiga Menguap Takdir – 1950 dan Dari Dua Dunia – 1970. Selain itu, dia juga pernah menjadi redaktur di beberapa media, seperti Gema Suasana, Siasat, Zinith dan Zaman baru.

Itulah ulasan singkat tentang 9 tokoh sastra di masa kemerdekaan. Semoga menambah pengetahuan tentang sejarah kesusastraan nasional, sekaligus menjadi inspirasi untuk berkarya.

Nino Artikel

Nino Artikel adalah Pria Jawa kelahiran Sumatera Selatan yang memiliki hobi membaca dan menulis. Minat serta tekat menjadi blogger profesional sudah dilalui dari tahun 2011. Selain seorang freelancer, sesuai dengan namanya, juga adalah seorang penulis artikel.

Related Post