Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang cerdas dan penuh kreatifitas. Tapi masih banyak orang tua yang tidak memberikan ruang kreativitas kepada anak-anak mereka karena tidak mengetahui pola pikir seorang anak.
Seorang anak adalah manusia yang masih dalam fase bermain dan dalam fase bermain inilah daya kreativitas anak akan meningkat dengan sendirinya.
Seorang anak biasanya akan mulai bermain peran, bermain dengan imajinasi. Misalkan berperan sebagai ibu yang merawat anak bayi dengan boneka mereka, permainan pesawat terbang dengan menghayalkan bahwa dia adalah seorang pilot dari pesawat tersebut dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah tiga cara untuk mengembangkan daya kreativitas anak yang bisa kita lakukan di rumah
1. Meluangkan waktu untuk bermain bersama anak
Quality time sering didengungkan di media massa. Quality time adalah waktu yang baik yang dimanfaatkan sebaik mungkin ketika seorang anak bersama orangtuanya bisa berkumpul bersama, bermain dan saling memainkan peran mereka masing-masing.
Pada fase ini orang tua bisa mendukung daya kreativitas anak dengan membantu peran si anak. Misalkan saja si anak memiliki minat keinginan dan menghayalkan dirinya menjadi seorang dokter, seorang ayah atau ibu bisa memainkan peran menjadi pasien mereka dan beragam permainan peran lainnya.
Atau setidaknya orang tua mau menunggui anaknya ketika bermain, ketika merakit sesuatu, membuat hal-hal aneh yang menurut orang tua tidak penting. Padahal sesuatu yang tidak penting ini terkadang adalah sesuatu yang sangat penting bagi anak-anak.
Oleh karena itu disinilah orang tua bisa bertanya agar anak mau menjelaskan tentang apa yang sedang dia buat. Misalkan membuat kapal-kapalan, pesawat terbang, atau beragam mainan lainnya.
Meskipun tidak mirip dan menurut kita ini adalah hal sepele. Ketika kita mau mensuport anak bisa jadi ini adalah bakat yang nantinya akan tumbuh dan menjadi keahlian si anak di masa yang akan datang.
2. Jangan meremehkan karya anak Anda
Orang tua merasa bahwa dirinya lebih pandai, lebih cerdas dari anak mereka. Sehingga orang tua menyepelekan bahkan meremehkan hasil karya dari anak-anaknya. Padahal hal ini adalah perbuatan dari orang-orang yang justru kurang cerdas. Karena ketika orangtua menyepelekan hasil karya si anak pada saat itulah Anda mematikan daya kreativitas anak Anda tanpa Anda sadari.
Karena secara mental dan psikologi anak akan terganggu dan merasa minder ketika dia akan membuat karya baru. karena karyanya yang dahulu tidak di anggap bahkan diremehkan oleh orangtua mereka sendiri.
Sehingga kreativitas dan keberanian untuk membuat inovasi akan hilang. Bukan hilang karena si anak tidak cerdas akan tetapi hilang karena anak takut untuk berinovasi. Dia takut diremehkan. Sehingga orang tua yang merasa cerdas seharusnya mau menghargai dan mensuport karya anak-anak Anda. Meskipun karya anak Anda belum atau kurang sempurna bahkan tidak bagus sama sekali.
Karena dari sinilah awal munculnya keberanian diri dan rasa percaya diri dari seorang anak untuk membuat Inovasi dan membuat karya yang lainnya.
3. Membangkitkan rasa percaya diri anak untuk berkarya
Sekarang coba Anda bayangkan ketika Anda masih memiliki anak bayi yang belum matang nalar logikanya. Ketika dia mulai berjalan, belajar jalan dari merangkak. Orang tua akan begitu semangat menyemangatinya, memberikan motivasi dan dia rela setiap hari untuk bermain dengan anak-anaknya yang sedang belajar berjalan.
Seiring perkembangan si anak ketika mulai dia bisa berbicara tentang logika. Orang tua justru mulai kurang mensuport anak-anaknya. Padahal pada fase inilah anak-anak butuh super dorongan agar rasa percaya diri dalam diri anak bisa terbentuk.
Misalkan ketika seorang anak membuat replika burung dari lilin atau tanah liat, orang tua bisa mensupportnya memberi motivasi dan memberikan penilaian objektif tentang karyanya akan tetapi dengan penilaian yang membangun.
Sehingga rasa percaya diri anak menjadi lebih terbangun. Misalkan seorang anak sedang membuat patung burung menggunakan tanah liat ataupun lilin. Ketika paruh dari burung tersebut tidak runcing orang tua tidak boleh mengatakan “ini salah! paruh burung itu harusnya runcing” tidak boleh begitu.
Akan tetapi orang itu bisa bertanya, “ini burung apa ya dek, kenapa paruhnya tidak runcing” hal ini akan lebih baik daripada pernyataan yang pertama.
Atau jika memang karyanya bagus kita bisa memujinya karena dengan hal ini akan membangkitkan rasa percaya diri anak. Bisa jadi dari rasa percaya diri inilah yang akan menjadi pintu kesuksesan bagi anak Anda di masa yang akan datang.
4. Biasakan anak untuk mandiri
Terkadang karena saking sayangnya orang tua kepada anak mereka, orang tua sering melakukan kesalahan, yaitu tidak membiarkan anaknya untuk mandiri. Orang tua justru menjadi penghambat bagi perkembangan kemandirian si anak.
Misalkan saja ketika seorang anak sedang mengerjakan PR. Ketika seorang anak meminta bantuan kepada orang tua. Orang itu tidak boleh mengerjakan PR tersebut. Akan tetapi orang tua seharusnya hanya menjadi fasilitator saja, menjadi rekan pembantu bagi si anak dan bukan menjadi orang yang mengerjakan PR anak.
Biarkan anak berpikir untuk menyelesaikan pr-nya sendiri dan orang tua bisa menemani anak ketika belajar dan mengerjakan PR. Orang tua boleh menjawab pertanyaan si anak tapi bukan pertanyaan dari PR tersebut.
Misalkan pr matematika, orang tua bisa mengajari rumusnya, biarkan anak yang mengerjakan PR nya. Sehingga dengan hal ini orang tua bisa mengajari anak untuk mandiri dan berpikir kreatif.