Frank, sebut saja dia adalah seorang driver salah satu perusahaan besar di Indonesia. Memiliki jadwal padat dan barang amanah harus diantarkan kepada pelanggan menjadi kewajibannya sejak dia duduk di belakang setir bundar.
Senin pagi, Frank terlihat gugup karena bangun terlalu siang. Setelah siap, segeralah Frank men-stater mobil invetarisnya. Injakan pedal gasnya sangat kencang. Dari kejauhan lampu lampu lalu lintas masih terlihat berwarna hijau. Frank menambah kecepatan mobilnya karena tak mau terlambat sampai di kantor. Frank juga tahu karena biasanya lampu merah disitu akan bersinar sangat lama dan lalu lintas biasanya akan padat.
Lampu lalu lintas berganti menjadi kuning. Tak ada pilihan lagi, Frank haruslah segera sampai di kantor agar tak dimarahi oleh atasannya. Setelah lolos dari lampu kuning, tiba-tiba suara peluit muncul nyaring dari pos polisi di perempatan.”Tirrrrrr, tirrrrrrrr!!!!,”. Frank yang gugup tak bisa mengambil pilihan lain. Suara peluit tersebut menggiring mobilnya menuju ke tepian jalan. Seorang polisipun mendekat. Terlintas sepatah dua patah kata dari pikiran Frank, “kayak engga asing loh sama polisi itu,”.
Benar saja, ternyata polisi tersebut adalah temannya sewaktu Frank masih duduk di bangku SMA, Jason. Hati Frank sedikit agak lega karena polisi yang akan menilangnya adalah seorang Jason yang sangat akrab ketika mereka duduk di bangku SMA.
Frank sambil tersenyum lebar, “Hai, son. Apa kabar?”.
“Hai juga, Frank,” Jawab Jason sambil membuka senyum yang tidak lebar.
“Tolong aku, Jason. Aku sedang buru-buru. Seorang teman sedang sakit di kantorku. Kau kan tahu, kalo aku sekarang ini menjadi seorang driver,”. Dengan sangat ragu Jason menjawab, “Oh, ya?? Aku memang sering melihat kamu melanggar lalu lintas disini. Mana SIM dan STNK kamu?”.
Dengan wajah sangat kesal. Frank memberikan SIM dan STNK miliknya kepada Jason tanpa mengucapkan kata-kata apapun.
Di depan mobil Frank, terlihat Jason sedang menuliskan sesuatu di surat tilangnya. Setelah selesai, diberikanlah surat tersebut kepada Frank yang hanya membukakan jendela pintu mobilnya sedikit saja.
“Semoga hari-harimu menyenangkan Frank,” Kata Jason sambil melangkah pergi meninggalkan mobil temannya. Dengan wajah kesal, Frank tak menjawab omongan temannya. Tapi, tiba-tiba Frank sangat terkejut. Ternyata SIM dan STNK yang tadi diberikannya kepada Jason, kini dikembalikan beserta sebuah tulisan di secarik kertas berisikan kata-kata.
Frank, kau tahu kan kalo aku punya anak laki-laki. Tapi, kini anaku sudah meninggal tertabrak pengemudi yang kebut-kebutan menerobos lampu merah.
Ya, memang pengemudi itu Aku penjara selama 1 tahun. Kini, setelah dia bebas, Aku dan istriku sering melihat dia bermain bersama anak-anaknya di taman kota. Sedangkan kami, Aku dan istriku, tak bisa lagi bermain dengan anak laki-laki kami yang sudah tiada. Kami sudah berulang kali untuk memaafkan dan ikhlas atas kepergian anak kami. Sampai kini kami hanya bisa berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai kami seorang anak lagi agar kami memiliki seorang anak yang bisa bermain di taman kota bersama, anak yang bisa kami berikan dekapan pelukan hangat setiap hari, anak yang selalu meminta dibacakan dongeng si kancil setiap kali matahari sudah terbenam.
2 tahun lamanya kami mencoba memaafkan pengemudi ugal-ugalan itu, sangat sulit rasanya untuk memaafkan pengemudi yang seperti itu. Begitu juga dengan apa yang terjadi saat ini, maafkan Aku Frank, Aku minta kamu doakan semoga permohonan seorang anak dapat cepat dikabulkan.
Frank yang membaca surat pemberian Jason itu sangat tersentuh hatinya. Betapa bersalahnya Frank yang terlah menerobos lampu merah. Frank yang tidak tahan dengan tetesan air matanya itu keluar dari mobilnya dan berlari menuju pos polisi mencari Jason untuk meminta maaf. Tapi, sudah 10 menit yang lalu Jason meninggalkan pos polisi.
Semenjak itulah, kini, Frank sangat berhati-hati dalam mengemudikan mobilnya dengan hati yang merasa bersalah sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
“Jalani setiap hari seakan itu adalah hari terakhir Anda. Kerjakan setiap pekerjaan seakan Anda adalah bosnya. Kemudikan mobil seakan semua kendaraan lainnya adalah mobil polisi. Perlakukan semua orang seakan di adalah Anda.” (Anonim)