Sangat penting bagi hewan memiliki mekanisme pertahanan. Setiap hewan perlu makanan untuk bertahan hidup. Dengan predator berada pada puncak rantai makanan dan selalu berburu santapan, hewan lain di bawahnya berharap untuk tidak menjadi mangsa. Beragam fungsi adaptasi dimiliki hewan untuk memperbesar peluang mereka tetap hidup. Beberapa adaptasi itu termasuk dalam sistem atau mekanisme pertahanan yang memberi mereka keuntungan dan kemampuan untuk menolak bahaya atau menghindari musuh.
Jenis-jenis sistem pertahanan hewan
Ada beberapa cara bagi hewan untuk terhindar sergapan predator. Salah satu mekanisme itu sangat alamiah berdasarkan insting. Bayangkan Anda menjadi seekor kelinci, dan Anda telah diperingatkan ada seekor serigala sedang siap sedia untuk menyerang. Apa yang akan Anda lakukan? Ya, lari!
Banyak binatang memanfaatkan kecepatan sebagai cara yang efektif untuk melepaskan diri dari pemangsa. Ingat, Anda tidak akan bisa memakan apa yang tidak bisa Anda tangkap bukan? 🙂
Mekanisme pertahanan lainnnya, adalah kamuflase atau perlindungan diri dengan warna tubuh. Salah satu bentuknya, warna tubuh yang samar-samar, membuat binatang bersangkutan ‘menyatu’ dengan lingkungan sekitar sehingga tidak terdeteksi oleh pemangsa.
Namun penting juga diketahui bahwa predator pun menggunakan teknik yang sama untuk menghindari terdeteksi oleh mangsa yang tidak terduga.
Beberapa binatang juga berlaku seolah-olah dalam keadaan mati saat menghadapi bahaya. Adaptasi jenis ini dikenal sebagai thanatosis. Oposum dan beberapa jenis ular bahkan mampu mengeluarkan cairan berbau busuk, yang semakin membuat predator berpikir bahwa ia benar-benar telah mati.
Tipu daya juga digunakan beberapa hewan sebagai sebuah pertahanan yang hebat. Seperti misalnya warna atau corak palsu pada tubuh yang menyerupai mata yang amat besar, bisa mencegah serangan predator. Begitu pula dengan bertingkah polah meniru binatang lain yang ditakuti oleh predator, juga cara efektif untuk selamat.
Bentuk fisik atau kandungan kimiawi juga merupakan bentuk mekanisme pertahanan lainnya. Beberapa binatang memiliki fisik yang sama sekali tidak menarik atau sulit untuk dimakan. Landak, contohnya, sangat sulit bagi predator untuk menundukkan duri-durinya yang tajam. Hal yang sama juga berlaku untuk kura-kura, yang bisa membuat predator menghabiskan waktu seharian (bahkan mungkin tidak akan bisa) mengeluarkan dari cangkangnya lalu memakannya.
Kemampuan mengeluarkan zat-zat kimia tertentu juga cara yang amat efektif untuk melindungi diri. Salah satunya adalah katak panah beracun mengeluarkan racun melalui kulitnya untuk menghalangi pemangsa. Binatang yang nekat memakan katak kecil ini, kemungkinan akan sangat menderita bahkan menemui kematian.
Hubungan pemangsa dan mangsanya
Merangkum uraian di atas, hubungan antara predator dan mangsanya, sangat lah penting untuk menjaga keseimbangan di antara spesies binatang berbeda. Adaptasi adalah satu keuntungan bagi yang dimangsa, seperti zat racun, pertahanan pada tubuh, memastikan satu species dapat bertahan hidup. Pada saat yang sama, predator juga dibekali kemampuan untuk mengatasi semua mekanis pertahanan mangsa mereka untuk dapat berburu dengan lebih mudah.
Tanpa predator, spesies tertentu akan menguasai spesies lainnya dalam persaingan di alam bebas. Tanpa mangsa, tidak akan ada predator. Organisme hewan pada lingkungan semacam itu bisa sangat berbahaya atau bahkan akan punah. Karena itu, hubungan ini (antara yang memakan dan yang dimakan), sangat sangat penting untuk keberadaan kehidupan seperti yang kita kenal hingga kini.