Babi Haram! Apakah Allah Benci Babi? Tidak, Ini Semata Agar Kita Tahu

Captain Iwan

Assalamualaikum, wr.wb akhyar.id – Membahas tentang , yang pastinya satu kata yaitu . Lah kenapa haram? apakah salah dalam menciptakan mahluknya! Tidak, banyak rahasia Allah didunia ini, seperti kenapa babi diharamkan dalam islam. Mungkin anda begitupun dengan saya, akan terheran-heran kenapa juga Allah menciptakan hewan yang katanya enak namun haram. Seyelah kita selidik berikut penjelsannya : Sebenarnya bukan hanya daging babi saja yang haram namun juga bangkai, darah dan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah juga haram, karena hal itu tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an. Kenapa babi haram, walaupun sudah dipelihara secara bersih dan penyembelihan serta cara memasak yang benar? Jawaban-jawaban tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan ketika makan daging babi tentu masih bisa membuat ragu bagi sebagian orang, terlebih dizaman modern dimana proses sterilisasi bisa dilakukan dengan mesin canggih. Hingga ada sebuah dialog yang mempertanyakan hal tersebut.   Sebuah cerita seorang pria non muslim asal Prancis yang juga penikmat babi bertanya kepada seorang ulama:

“Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan kotoran dan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak ada. Karena babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya? Ditambah lagi dimasak dengan suhu tinggi sehingga bila masih terdapat cacing pada daging babi dipastikan bisa mati”.  

Untuk menjawab hal itu, mari kita lihat sebuah penelitian tentang perbandingan antara babi dan ayam : BABI VS AYAM

  • 3 ekor ayam terdiri dari 2 jantan dan 1 betina
  • 3 ekor babi terdiri dari 2 jantan dan 1 betina

Percobaan pertama! 3 ekor ayam itu dimasukkan dalam 1 ruang kandang. Coba tebak apa yang terjadi? Ayam jantan dan ayam jantan lainnya saling berkelahi dengan jantan memperebutkan si betina untuk dikawini, ayam jantan yang keluar sebagai pemenang berhak mengawini si betina. Fakta ! [dropcap]Hal semacam itu sering juga kita lihat di kampung-kampung yang penduduknya memelihara ayam. Sering didapati ayam jantan berusaha saling adu kekuatan untuk memperebutkan betina untuk dikawini.[/dropcap] Percobaan Kedua : 3 ekor babi yang sudah disediakan agar dimasukkan dalam 1 ruang kandang. Dan apakah yang terjadi? Kedua pejantan babi itu malah saling bantu dalam menyetubuhi 1 babi betina, kedua jantan itu saling bantu satu sama lain. Bahkan terkadang, jsantan sesama jantan bersetubuh melalui anusnya. Dan yang lebih mengherankan lagi, ternyata anak babi yang sudah berumur cukup dewasa itu menyetubuhi betina yang ternyata ialah ibu kandungnya sendiri. [dropcap]Disini sudah kelihatan itu menjelaskan bahwa meski babi dianggap steril, tetap saja kelakuannya itu yang akan membawa dampak buruk pada si pemakan.[/dropcap]   Fakta dari babi : Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya. Ia memakan sampah, busuk-busukan, dan kotoran hewan. Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan.   Lalu buat apa babi diciptakan jika tidak untuk dimakan? Maka jawabannya adalah: di dalam tubuh babi ada hal yang bisa kita petik pelajarannya dan kemudian kita hindari sebagaimana naluri kita selalu berkata untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari pengaruh virus flu atau bibit penyakit lainnya. Selain itu juga sebagai ujian iman bagi pemeluk agama yang mengharamkannya, apakah akan taat pada aturan tuhan atau malah melanggarnya. Wallahu A’lam Bish-Showab

Tags

Related Post