ERUDISI.com – Gagal toilet training. Tidak masalah ayah bunda hanya perlu membiasakan anak melakukan kebiasaan dan bersabarlah.
Toilet training sendiri merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar) nya. Dengan harapan dapat melatih anak untuk membuang kotorannya d tempat yang telah ditentukan.
Tentu saja itu semua tidak kita peroleh secara instan, perlu waktu dan kesabaran. Jika gagaltoilet training maka coba lagi, usaha lagi.
Waktu Terbaik Si Kecil Mulai Toilet Training
Perlu ayah bunda ketahui bunda, menurut ilmu kesehatan bahwa kontrol volunter dari spingter ani dan urethra (alat untuk mengendalikan BAB dan BAK) dicapai pada waktu anak dapat berjalan, dan biasanya terjadi antara usia 18-24 bulan.
Namun kesiapan psikofisiologis sangat berpengaruh pada kesiapan toilet training itu sendiri. Anak harus mampu mengenali dorongan untuk melepaskan atau menahan dan mampu untuk mengkomunikasikannya kepada ibu atau orang di sekitarnya.
Untuk mengajarkan toilet training pada anak sebenarnya bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3 tahun. Di usia tersebut, si anak sudah harus ditekankan untuk melakukan toilet training. Karena jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri, bisa jadi akan berdampak buruk pada saat anak bergaul dengan teman-temannya.
Tanda si Kecil Siap Toilet-Training
Berikut tanda si kecil siap melakukan toilet training:
1. Tidak mengompol beberapa jam sehari atau berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun.
2. Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan ritmenya.
3. Sudah bisa memberitahu bilacelana atau popoknya sudah basah atau kotor. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang di dalam rumahnya.
Tahapan Mengajarkan Toilet Training
Agar tidak gagal toilet training, maka perlu ayah bunda tahu mengenai tahapan dalam mengajarkan toilet-training:
1. Melakukan stimulasi sejak dini
Misalnya, pada anak usia 2 bulan, orang tua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau BAB.
Dan jangan lupa untuk selalu berkomunikasi sambil memberikan pemahaman dan pengertian tentang manfaat toilet training ini kepada si bayi.
2. Sediakan pot/pispot “portable” (jika anak kooperatif).
Hal ini akan memberikan perasaan aman pada anak, jika tampak tanda-tanda si kecil ingin BAB, ajak dia duduk di potnya sambil kita mengatakan, “mau pup, ya? Ayo, duduk di pot!”
Dengan begitu, si kecil jadi mengasosiasikan keinginannya untuk BAB dengan keharusan dari kita untuk duduk di pot tersebut. Si anak akan menangkap, “Oh, kalau aku merasakan sakit perut seperti ini, berarti aku mau pup dan aku harus duduk di pot.”
Tentu saja pelaksanaannya harus konsisten. Artinya, tiap kali si kecil memperlihatkan tanda-tanda yang sama, kita harus mengajaknya duduk di potnya.
Seiring dengan bertambahnya usia, pelatihan BAB dari di pot kita pindah ke WC. Hingga akhirnya si kecil tahu bahwa kalau mau BAB harus pada tempatnya, bukan dalam celana. Ia pun jadi terlatih untuk mengendalikan kapan saatnya BAB.
3. Role model orang tua.
Agar si kecil mudah mengerti toilet training ini, orang tua hendaknya bisa menjadi model yang baik untuk anaknya. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari. Dan hindari mengajarkan toilet training dengan cara yang salah.
Masya Allah. Itulah beberapa tahapan-tahapannya, semoga artikel Gagal Lagi Toilet Training, Lakukan Tahapan Benar Ini.
Terimakasih. Selalu temukan jawaban dan inspirasi setiap hari bersama Erudisi. []