Duh judulnya saja terlihat menyeramkan sekali. Seperti ada bencana besar melanda negeri ini. Namun tidak itu yang sedang saya bicarakan, namun ada hal yang lebih penting dari sekedar bencana besar yang terjadi di dunia ini.
Pertama, maraknya terjadi tindak kejahatan kriminalitas membuat kita merasakan keadaan darurat dan ketakutan. Apalagi kasus kejahatan yang terjadi saat ini mengenai tindak asusila yang sedang ramai dibicarakan adalah mengenai kasus Eno seorang buruh pabrik plastik yang tewas dengan gagang cangkul yang menembus kemaluannya hingga paru-paru.
Sangat ironis sekali bukan mendengar berita demikian. Di mana sebagai orang tua kita merasa was-was jikalau memiliki anak perempuan. Atau mungkin yang belum berkeluarga merasa takut jikalau adik atau saudara kandungnya menjadi korban tindakan demikian.
Kedua, layar televisi terhias kembali dengan propaganda anti komunis. Isu mengenai kebangkitan komunis mulai mencuat menjadi topik beberapa media besar di Indonesia. Di mana pada zamannya dahulu terdapat diskriminasi antara keturunan PKI dan warga sipil biasa. Mereka yang masuk golongan anggota keturunan PKI sulit untuk mendapat pekerjaan dan tidak bisa masuk sebagai pegawai dinas kenegaraan. Padahal kebanyakan dari mereka tidak mengerti dan tidak tahu urusan dengan keluarganya dahulu yang merupakan anggota PKI.
Namun ketika presiden Gus Dur naik menjadi Presiden tidak ada lagi perlakuan diskriminatif terhadap keturunan PKI. Semua tanda dan simbol yang terdapat dalam KTP dihapus dan disetarakan. Kenapa sampai saat ini masih ada yang mencoba mengangkat isu PKI bangkit? Bukankah semua urusan sudah selesai?
Saya tidak mengerti dengan permainan atau sandiwara yang terjadi di negeri ini.
Ketiga, panggung perpolitikan sedang ramai mengguncang ibukota. Salah satu kandidat calon Gubernur DKI Jakarta yaitu, Basuki Tjahaja Purnama atau yang siapa akrab Ahok sedang ramai diguncang isu panas. Mulai dari kasus Sumber Waras hingga kemarin demo besar yang memaksakan KPK untuk segera mentersangkakannya.
Kita semua sama-sama tau figur Ahok yang bersih dan jujur blak-blakan sangat sulit untuk mendapatkan bukti atas dugaan kasus korupsinya. Selama memerintah DKI, terbukti beberapa hasil yang terlihat dan dinikmati warganya, mulai dari pembersihan rumah sekitar bantaran kali, hingga beberapa sungai yang sudah mengalir bersih. Semua dilakukan oleh Ahok untuk meminimalisir terjadinya banjir yang terjadi di ibukota.
Namun sangat disayangkan sekali ketika beberapa pihak yang berkepentingan berusaha untuk menggulingkannya. Berkoar-koar layaknya dewa dengan argumentasinya yang sangat subjektif.
Sangat disayangkan bukan ketika negara kita diguncang oleh hal-hal demikian rupa?
Bukankah negeri ini menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan etika moral?
Bukankah negeri ini dikenal sebagai negara yang ramah dan sopan santunnya?
Kemanakah sesungguhnya etika moralitas dan sopan santun yang sesungguhnya di negeri ini?
Sungguh ironis sekali melihat pemberitaan yang terus mengguncang publik. Semakin banyak sekali topeng-topeng kebajikan terlihat. Mungkin saat ini darurat yang terjadi di Indonesia sudah mencapai titik kronis, karena etika dan moralitasnya sudah terkubur oleh sebuah kenikmatan yang hanya sementara waktu.
Ibu pertiwi menangis dengan kejadian yang terjadi saat ini. Di mana lambang keagungan dari sebuah bangsa yang menjunjung etika dan moralitas harus musnah termakan oleh waktu yang kian melesat tajam. Segala distorsi dan kebodohan mulai terasa dan terjadi dalam kehidupan.