Kita sudah beribadah giat di bulan Ramadhan yang kini telah usai, kita hanya manusia biasa yang akan mengalami naik-turun dalam intensitas ibadah. Terutama setelah idul fitri, kita akan menjalani kehidupan normal lagi seperti bekerja sampai sore, dikejar deadline dan lainnya, sehingga intensitas ibadah yang padat saat Ramadhan menjadi kendor.
Nah bagaimana agar kita menjaga pola ibadah selama Ramadhan di bulan lainnya?
Pertama, ingatkan diri sendiri akan pencapaian di bulan Ramadhan. Selama Ramadhan, kita melaksanakan shalat tarawih di mesjid meski sunnah. Kita rela menghabiskan waktu istirahat di malam hari, lalu dilanjutkan tadarus al-Qur’an.
Dengan mengingat apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan, bisa membangkitkan motivasi untuk melakukan beribadah di bulan lainnya sembari menunggu Ramadhan tahun depan. Ini juga bagian dari evaluasi diri, mengukur sebatas mana kemampuan masing-masing. Tujuannya adalah mengetahui di mana bagian terbaik dan terlemah diri pribadi dalam beribadah, agar ke depannya mampu lebih baik.
Kedua, mengingat kembali anggota keluarga yang telah tiada. Setiap tahunnya, tak semua bisa pulang kampung atau bahkan telah mendahului kita. Dengan ini kita bisa sadar bahwa umur di dunia adalah misteri, siapa pun bisa saja tak bertemu lagi Ramadhan tahun depan.
Lihatlah sekarang, bukan hanya orang tua yang meninggal, bahkan anak muda yang sehat sekali pun bisa tiada dengan cepat karena kuasa-Nya. Dengan ini, kita bisa menghargai hidup dan bersyukur. Semakin kita bersyukur semakin meningkat pula keinginan beribadah dan mempertebal keimanan. Masalah umur memang penuh tanda tanya, kita tak tahu di mana dan kapan ajal menjemput. Tugas kita hanyalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, dengan jalan beribadah semaksimal mungkin.
Ketiga, sering-seringlah mendengar ceramah agama atau siraman rohani. Hati adalah bagian penting dan perlu makanan, karena dengan ini fungsi hati seseorang akan aktif dan seimbang.
Itulah hati, ia bertugas membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan hati, kita bisa sadar bahwa ada penurunan kadar beribadah kita. Itu akan terasa sendiri ketika hati terus diberi “nutrisi” dari ceramah-ceramah agama, dengan jalan ini juga kehidupan kita akan damai.
Keempat, laksanakanlah shalat tepat waktu. Ini menjadi target yang sudah tercapai selama Ramadhan, bahkan shalat sunah pun telah kita laksanakan dengan harapan ibadah wajib menjadi lebih baik lagi.
Jika mampu tepat waktu, akan ada sisa waktu dan hati akan tergerak untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunah lain, seperti shalat rawatib, membaca Al-Qqur’an dan berdzikir.
Ini menjadi pencapaian baik sekali jika mampu ditunaikan, karena sebenarnya tujuan Ramadhan adalah menggiatkan kita untuk beribadah.
Anda juga bisa membiasakan diri untuk selalu bermurah tangan, bersedakah atau memberi infaq ke mesjid. Ibadah ini mengingatkan kita untuk selalu menyisihkan sebagian rezeki kita untuk jalan-Nya, semakin bersyukur maka akan bertambah nikmat-Nya.
Tentu saja, semuanya bergantung pada pribadi masing-masing, adakah keinginan untuk beribadah. Bila waktu tak ada, luangkan di sela-sela pekerjaan seperti di waktu istirahat siang atau sebelum tidur, bisa juga pagi hari selepas sholat subuh.
Terutama di pagi hari, jika memang berniat anda bisa bangun lima belas menit sebelum subuh. Minum dan lakukan sedikit olahraga, selepas subuh anda bisa menunaikan beberapa ibadah sunah seperti baca Al-Qur’an. Tak perlu sekaligus banyak, secukupnya dan sesuai kemampuan. Hikmah lain setelah itu anda mampu mempersiapkan diri, sehingga saat bekerja terasa fit dan berstamina.
Beribadah sama dengan menimba air dari sumur, butuh tarikan demi tarikan agar ember yang kita timba sampai kembali. Dengan perlahan beratnya tak terasa, dengan demikian kita bisa ikhlas dalam beribadah terutama selepas Ramadhan.