Riset pasar dianggap sesuatu yang penting oleh sebagian pengusaha yang baru akan memulai bisnisnya, namun untuk sebagian lainnya riset pasar tidaklah dianggap sesuatu yang penting.
Apa itu riset pasar ?
Riset pasar adalah studi pendahuluan sebelum kita memulai sebuah bisnis atau usaha, baik dalam skala kecil apalagi bisnis skala besar. Riset pasar dimaksudkan agar kita mengerti apa yang dibutuhkan oleh pasar. Sehingga kita mampu memenuhi kebutuhan konsumen atau target pasar yang kita bidik.
Riset pasar sendiri ada dua macam. Yang pertama adalah riset pasar ketika kita sudah memiliki sebuah ide bisnis atau produk. Riset pasar jenis ini biasanya ditujukan untuk mengetahui luasan pasar, segmentasi pasar, pesaing, juga potensi dan minat pasar terhadap produk yang akan ditawarkan.
Riset pasar yang kedua, adalah riset pasar yang kita lakukan sebelum kita memiliki ide bisnis maupun produk. Riset ini bertujuan untuk mencari peluang yang ada di sekitar kita, produk apakah yang paling pas untuk kita jual di pasar yang kita bidik, mengetahui jumlah pesaing, mengetahui ketahanan bisnis yang akan kita dirikan, mengetahui peluang dan potensi kesuksesan dari bisnis yang kita dirikan yang akan kita dapatkan di kemudian hari.
Bagaimana cara melakukan riset pasar?
Karena kita tidak berbicara pada ranah teori tentunya hal ini akan lebih mudah untuk dijelaskan. Riset pasar yang saya lakukan sebelum menjalankan bisnis kuliner berupa makanan kecil yang saya jajakan di toko kelontong, maka saya berkeliling ke lima desa terdekat dari tempat tinggal saya atau tempat produksi.
Karena tujuan riset pasar yang saya lakukan adalah mengetahui luasan dan potensi kesuksesan dari bisnis kuliner yang saya jalankan, saya membawa satu bolpoin dan buku tulis, saya berkeliling ke desa-desa, masuk ke gang-gang, menghitung jumlah dari toko kelontong yang ada di lima desa tersebut.
Saya hitung jumlah sekolah dan kantin yang berpotensi sebagai tempat jualan hasil kuliner yang saya buat. Selain itu saya juga melihat produk pesaing, yaitu makanan kuliner yang dijajakan di toko kelontong. Saya melihat kelebihan apa saja yang mereka miliki dan kekurangan apa saja mereka miliki.
Hal ini dimaksudkan agar saya dapat memanfaatkan ini sebagai dasar untuk peningkatan mutu dari produk yang saya buat. Inilah yang saya sebut dengan nilai lebih, sehingga hal ini dapat menjawab pertanyaan dari konsumen “Mengapa saya harus membeli produk Anda?”
Sebuah studi kasus sebagai perbandingan?
1. Bisnis dengan riset pasar
Sebelum saya mendirikan usaha rumahan dengan modal sangat minimalis sekitar 2 jutaan saja, saya melakukan riset pasar seperti yang saya jelaskan di atas, dari riset pasar tersebut saya mendapatkan beberapa keuntungan antara lain:
a. Mendapatkan cara pemasaran yang tepat
Karena bisnis saya adalah bisnis kuliner maka pemasaran yang saya lakukan mengikuti dengan apa yang telah orang-orang lakukan, yaitu dengan menitipkannya kepada pedagang-pedagang kelontong. Pedagang hanya akan membayar dagangan dari saya yang telah terjual, sehingga tidak ada kerugian apapun yang akan diterima oleh pedagang.
Jika kita menerapkan sistem kas bayar maka dagangan kita tidak akan terjual. Karena pedagang tidak akan berani mengambil risiko pada barang baru atau barang dagangan baru yang belum mereka ketahui potensi laku atau tidaknya.
Berbeda ketika mereka belanja di pasar, mereka bisa memilih apa saja sesuai keinginan mereka dan tentunya disesuaikan dengan tingkat kelarisan dari merk atau produk tersebut.
Dengan menggunakan sistem titip maka pedagang tidak punya resiko apapun dari produk yang mereka jual dari kita. Namun sistem ini membutuhkan modal ganda.
Karena kita harus mengeluarkan biaya untuk penitipan tahap pertama (uang statis), kemudian tahap kedua pada saat kita mengambil dan mengecek jumlah barang dagangan yang sudah laku (uang dinamis).
Kita juga akan menyuplai ulang produk yang kita jual sehingga kita membutuhkan uang statis dan dinamis.
Contoh:
Misalkan saja dalam sekali produksi kita membutuhkan modal sebesar Rp500.000,- Jika kita menggunakan sistem titip, maka kita membutuhkan modal satu juta rupiah untuk sekali produksi. Produksi pertama dengan modal Rp500.000,- kita titipkan di pedagang kelontong dan ini masuk sebagai uang statis. Untuk bisa mengambil dagangan yang sudah kita titipkan pada tahap pertama kita harus memproduksi tahap kedua dengan modal yang sama yaitu Rp500.000,-
Pada tahap kedua inilah kita bisa mengambil keuntungan dan juga modal dasar yang telah kita keluarkan. Biasanya untuk makanan ringan kita bisa mengambil keuntungan 100% sesuai dengan modal yang kita tanam (dengan catatan dagangan terjual semuanya), jika kita menjual dengan modal dasar Rp500.000,- maka kita akan memperoleh bruto sebesar 1 juta rupiah.
Bruto ini kemudian kita putar kembali dengan modal Rp500.000,- untuk memproduksi barang yang akan kita jual kembali dan kita mendapatkan keuntungan sebesar Rp.500.000,- Demikianlah cara kita untuk mengambil keuntungan dengan program penitipan.
Jika anda ingin mengembangkan pasar menjadi lebih luas, maka pada modal tahap kedua bukan Rp500.000,- lagi akan tetapi 600.000 atau ada penambahan 10% lebih banyak dari produk yang kita produksi dibandingkan modal produksi pada tahap sebelumnya. Jadi ada penambahan jumlah modal pada setiap produksinya.
Inilah cara mengembangkan pasar di usaha kuliner namun tentunya harus diimbangi dengan riset dan juga kebutuhan pasar.
b. Mengetahui harga jual yang paling pas di pasaran
Dengan adanya riset pasar, kita bisa menentukan harga paling pas di pasaran, harga jual yang paling cocok untuk makanan ringan adalah Rp500,- Karena uang Rp500, sekarang sudah tidak terlalu dianggap, bahkan terkadang pedagang sulit untuk memberikan kembalian uang Rp500, dan mau tidak mau pedagang menggunakan jajanan ini sebagai alat tukar.
Dengan demikian jajanan dengan harga Rp500,- akan cepat laku di toko kelontong yang mengalami kesulitan ketika membayar uang kembalian Rp500. Selain itu karena target pasar saya adalah anak SMP dan SD maka dengan harga ini masih sangat terjangkau oleh mereka.
c. Mengetahui jumlah pesaing di pasaran
Dengan melakukan riset pasar kita bisa mengetahui, ada berapa jumlah produk yang sama (bisa kita katakan sebagai pesaing), selain itu kita juga bisa mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pesaing dengan demikian kita bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah dari produk yang kita jual.
Studi kasus bisnis dengan modal 2 jutaan saja bisa menghasilkan keuntungan satu setengah juta rupiah per bulannya apalagi untuk anda yang bermodal besar. Bisnis ini sangat cocok dilakukan untuk ibu rumah tangga. Karena pekerjaan ini bisa dilakukan di rumah. Usaha kuliner memang menjadi salah satu usaha yang paling cepat perputarannya dibandingkan dengan usaha lainnya.
Karena makanan adalah kebutuhan sehari-hari yang dikonsumsi setiap saat. Oleh karena itu saya mendirikan sebuah bisnis di bidang makanan, yaitu kerupuk pangsit namun dengan varian rasa yang berbeda-beda mulai dari keju, balado, dan jenis rasa lain yang disukai oleh anak-anak. Karena target pasar saya adalah anak-anak kecil dari SD dan SMP.
Seperti yang sudah saya sebutkan d iatas, satu hari penuh saya luangkan waktu untuk berkeliling ke lima desa di sekitar rumah tempat tinggal saya. Dengan riset pasar ini saya bisa menentukan jumlah yang bisa saya buat untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Selain untuk mengetahui kebutuhan pasar riset ini juga digunakan untuk mengetahui kecepatan dari tingkat kelarisan produk yang kita jual, sehingga kita bisa memperkirakan jika satu minggu kita bisa mengeluarkan berapa produk.
Ini adalah salah satu contoh bisnis dengan riset pasar. Meskipun kita memiliki modal minimal namun dengan strategi yang tepat kita bisa bersaing dan bertahan dalam dunia bisnis, karena kita sudah mengetahui jumlah kebutuhan pasar, apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana cara kita memasarkannya.
2. Studi kasus bisnis tanpa riset pasar
Bisnis yang kedua adalah bisnis tanpa riset pasar yang masuk dalam kategori Gatot (gagal total). Modal yang dikeluarkan untuk modal pembelian produk adalah Rp15.000.000. Masih dalam usaha yang sama yaitu di bidang makanan akan tetapi dengan varian produk yang berbeda. Pada kasus ini saya diminta untuk menjualkan produk yang telah dibeli sebelumnya tanpa sepengetahuan saya.
Membeli madu dengan modal jutaan tentunya bukan produk yang sedikit, belum lagi jika ditambahkan dengan biaya sewa ruko dengan jumlah mencapai 50 juta rupiah, ini sebenarnya adalah modal yang cukup besar jika kita menggunakan strategi yang baik dan tepat.
Ketika saya melihat produk yang dijual dengan kebutuhan atau daya beli di masyarakat sekitar yang masih tumpang tindih, maka sebenarnya saya agak pesimis dengan bisnis yang sudah didirikan ini. Karena dalam pandangan saya, bisnis bukan soal modal besar akan tetapi kita juga harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen kita.
Untuk kalangan pedesaan, madu bukanlah trending topic, karena masyarakat pedesaan biasanya kurang mengetahui manfaat dan khasiat dari madu serta produk herbal lainnya yang berkaitan dengan madu.
Sehingga dalam memasarkan kita tidak hanya mengenalkan produk, tapi kita juga harus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan madu dan beragam materi lainnya yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk mengedukasi masyarakat kita membutuhkan waktu yang sangat lama dan butuh proses yang bertahap.
Ketika saya mengecek harga madu herbal yang ada di tempat saya dengan tempat yang lainnya juga tumpang tindih. Kisaran harganya sangat jauh berbeda dan produk kami sangatlah mahal.
Inilah kerugian kita saat kita tidak membeli produk menggunakan riset pasar terlebih dahulu, karena kita tidak mengetahui harga jual yang pas di pasaran.
Teknik selanjutnya yang digunakan adalah dengan masuk ke apotik-apotik di daerah tempat usaha ini didirikan, karena tanpa adanya riset pasar sebelumnya maka ketika saya melihat di lapangan sudah ada 4 produk dengan varian dan kelebihan produk yang sama, namun memiliki harga yang lebih murah.
Ketika saya berkeliling apotik saya menemui hal yang sama, di situ sudah disediakan display dengan beragam varian madu dan beragam pilihan harga, inilah kerugian kita ketika kita berbisnis hanya dengan modal spekulasi, tanpa melakukan riset pasar sebelumnya.
Kita tidak mengetahui jumlah pesaing yang ada di pasaran, kita juga tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang ditawarkan oleh pesaing, sehingga kita kalah dalam dunia persaingan usaha.
Inilah pengalaman pribadi yang bisa digunakan sebagai komparasi, ketika anda ingin mendirikan sebuah usaha. Good Luck!