Percayakah Anda jika dikatakan: orang yang ideal adalah mereka yang tidak pernah menjadi ‘paling hebat’ dalam hal apapun?
Benak kita dipenuhi dengan angan-angan tentang kekayaan, kekuatan dan kekuasaan, yang membuat kita bersaing satu sama lain. Kita mengejar angan-angan tersebut dengan segenap ambisi mengalahkan, sampai kita aus, megap-megap, tanpa harapan dan kehabisan tenaga.
Begitu besar godaan untuk mengejar pencapaian paling tinggi. Kita ingin menjadi yang paling kaya, paling cantik, paling berkuasa, dan paling-paling yang lainnya. Bukannya itu tidak boleh, tapi ketika kita mengikuti ‘kesombongan’ diri ingin selalu menjadi yang ‘ter’, maka itu akan mendatangkan lebih banyak keburukan dibanding kebaikan.
Satu-satunya cara mencapai kebahagian yang lestari berkesinambungan dan hakiki, adalah dengan menerapkan prinsip keseimbangan.
Prinsip ini sangat sederhana. Setiap kualitas memiliki dua ujung yang sama-sama ekstrim. Nah, prinsip ini adalah keseimbangan alami di antara dua hal ekstrim tersebut. Pada titik harmoni ini, kebaikan dan keindahan hakiki akan tercapai.
Mari, kita ambil sebuah contoh. Kita memiliki 2 orang yang berpegang pada prinsip yang berbeda.
Orang pertama, adalah orang yang terlalu berorientasi pada karir secara berlebihan. Setiap hari, dia hanya fokus bagaimana mengembangkan dirinya. Dia menghabiskan banyak waktu di kantor, rela melakukan apa saja guna memenangkan persaingan dengan rekan kerjanya, sementara berusaha menjilat atasannya. Hasilnya, dia tampak seperti tidak memiliki ‘kehidupan’ pribadi.
Orang kedua, yang dikejarnya tidak lain hanyalah kesenangan semata. Dia senang menyia-nyiakan waktu bersama teman-temannya, menonton televisi, bermain video game, dan kegiatan lain yang tidak produktif. Dia dimanja oleh kemalasannya sendiri.
Dari kedua orang itu, mana yang lebih baik?
Banyak orang memberi alasan bahwa si pekerja keras masih lebih baik dari si pemalas. Tapi, jika kita selami lebih jauh, hidupnya terlihat kaku dan dingin. Obsesi besarnya untuk mencapai sukses, membuat dirinya sendiri terasing dari rekan sekerja, membuat dia seolah tidak memiliki ‘keluarga’. Orang ini kemungkinan besar bisa menjadi kaya raya, tapi bagaimana ia dapat menikmati kekayaan itu?
Orang kedua, sama buruknya. Ia menyia-nyiakan waktu berharganya dengan tenggelam dalam kemalasan. Dia menolak untuk mengembangkan potensi diri, dan kehadirannya lebih serupa parasit yang menumpang hidup pada orang lain.
Kedua contoh di atas: sama-sama buruk!
Saya yakin, semua kita setuju, bahwa yang terbaik adalah kondisi pertengahan antara kedua orang tersebut. Lalu, bagaimana kita menemukan prinsip keseimbangan itu?
Mungkin akan butuh waktu lama, bertahun-tahun, untuk mencapai kesempurnaan, namun kabar baiknya, itu akan mampu kita raih, jika kita mau.
Semua berawal dari menetapkan tujuan atau goal yang tepat. Kapanpun Anda menetapkan sebuah goal, Anda perlu mengejarnya, melakukannya dengan takaran yang tepat. Jangan pernah menetapkan goal dengan maksud ‘menguasai’ orang lain. Menerapkan goal semacam ini, akan membuat Anda semakin jauh dari prinsip keseimbangan. Gunakanlah prinsip berlomba, bukannya semangat bertanding.
Mulailah dengan menetapkan goal, antara egoisme terlalu mementingkan diri sendiri dan terlalu mengedepankan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan sendiri.
Jika Anda mengembangkan diri sendiri, bersamaan itu pula membantu orang lain mengembangkan diri mereka, maka Anda akan mendapatkan dua sumber motivasi: dari dalam diri, dan dari mereka yang bekerjasama dengan Anda.
Hal ini adalah sangat bagus, karena ketika Anda kehilangan motivasi dari satu sisi, Anda bisa mendapatkan dukungan dari lainnya. Ketika Anda kehilangan percaya diri, maka ada orang yang memberi dukungan sepenuhnya. Begitu pula sebaliknya.
Langkah selanjutnya untuk mencapai prinsip keseimbangan ini, adalah dengan mengenal batas kemampuan Anda sendiri. Anda harus tahu kapan sesuatu sudah mencapai batas maksimum yang bisa Anda tanggung. Anda mesti memonitor diri sendiri untuk menjauhi ‘hal berlebihan’ dalam segala hal. Jika Anda tahu batas kemampuan diri, maka Anda lebih mudah menghindari hal-hal yang ekstrim.
Sebagai tambahan, langkah berikutnya yang dapat membantu Anda mencapai keseimbangan, adalah peka terhadap kebutuhan pribadi Anda. Apa yang benar-benar Anda inginkan?
Tentu, kita semua butuh uang dan kesuksesan, namun memiliki hubungan baik dengan teman dan keluarga sama pentingnya. Kapanpun Anda merasa tidak bahagia, terasa ada yang mengganjal dalam hati, tanyakan pada diri sendiri dan cari penyebabnya. Biasanya itu karena Anda telah mencapai salah satu titik ekstrim dalam hal tertentu. Segera sadari dan kembali kepada keseimbangan.
Saya tahu, prinsip keseimbangan ini sulit untuk diraih, tapi ini adalah kunci kekuatan diri. Sumber kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup yang sempurna.
Ke depan, kapanpun Anda berpikir untuk menjadi yang paling hebat dari yang terhebat, ambil beberapa waktu untuk meninjaunya kembali. Seringkali Anda menemukan bahwa jauh lebih baik, menjadi terbaik yang Anda mampu.
Salam.