Tuhan (Allah) dalam Islam

Abbyan Dananda J

allah tuhan yang esa

Pondasi iman paling mendasar yang harus diyakini seorang muslim adalah bahwa “Hanya ada satu yang Esa”, pencipta, pemelihara alam, yang dikenal dalam bahasa Arab dan pemeluk Islam dengan nama . Allah sendiri bukanlah satu nama yang asing, bukan pula nama sebuah berhala. Penganut Kristen Arab juga menggunakan kata yang sama untuk nama Tuhan yang Maha Kuasa.

Pilar paling dasar dalam keyakinan Islam adalah menyatakan bahwa “Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah yang Maha Tunggal”, yaitu La ilaha illa Allah.

Sifat-sifat Allah

Dalam Al-Qur’an disebutkan, bahwa Allah adalah zat yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dia baik, mencintai hamba-Nya dan Maha Bijaksana. Dia lah Pencipta, Pemelihara, Penyembuh. Dia lah satu-satunya sang Pemberi Petunjuk, yang Melindungi, hanya Dia yang Maha Pengampun, memberi maaf atas kesalahan hamba-hamba-Nya. Selain nama Allah, dalam Islam juga ada 99 nama atau sifat yang digunakan oleh muslim untuk menggambarkan keadaan dan sifat-sifat Allah SWT.

Allah, dalam bahasa Arab dan oleh umat Islam di seluruh dunia, digunakan untuk menunjuk kepada Tuhan yang Tunggal dan sejatinya Tuhan.

Allah adalah nama yang tidak memiliki makna gender, bukan laki-laki, bukan perempuan dan ia juga tidak bisa dibuat menjadi jamak. Muslim percaya dan yakin, tidak ada sesuatu apapun di surga, di dunia, tidak juga di seluruh alam semesta yang berhak dan wajib disembah, kecuali Allah, Tuhan sang Maha Pencipta.

Tauhid – Ajaran Keesaan Tuhan

Islam berdiri atas dasar konsep tauhid, atau peng-esa-an Tuhan dalam arti seluas-luasnya. Islam adalah agama monoteistik yang sebenar-benarnya, dan dengan tegas menolak Tuhan dalam bentuk apapun selainnya, apalagi dalam bentuk manusia.

Islam juga menolak penyembahan berhala, bahkan jika itu dimaksudkan sebagai perantara untuk lebih dekat kepada Tuhan, dan menolak segala ajaran trinitas atau isme apapun yang menyatakan Allah dalam bentuk manusia.

Dalam Al-Qur’an, ada tertulis:

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS 112:1-4)

Dalam pandangan seorang muslim, Tuhan berada di luar jangkauan dan pemahaman manusia, dan pada saat yang sama Ia juga “lebih dekat daripada urat leher” (QS 50:16). Pemeluk Islam beribadah dan berdoa langsung kepada Tuhan, tanpa perantara, serta mencari petunjuk dan perlindungan langsung dari-Nya, karena “sesungguhnya Dia Maha Mengetahui isi hati” (QS 5:7).

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka [jawablah], bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi [segala perintah]-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS 2:186)

Dalam Al-Qur’an, manusia diminta untuk melihat sekeliling mereka guna menemukan tanda-tanda kekuasaan Allah. Keseimbangan alam, detak ritme kehidupan, adalah sebagian dari “tanda-tanda bagi mau beriman”. Alam semesta sungguh dalam keteraturan yang sempurna, lintasan orbit planet-planet, pergantian siang dan malam, perubahan musim, siklus kehidupan dan kematian, misteri dan keajaiban tubuh manusia bahkan makhluk terkecil sekalipun.

Keteraturan dan keseimbangan sempurna ini, pastinya bukan terjadi secara kebetulan. Dunia serta segala sesuatu di atasnya, diciptakan dengan ‘rencana yang sangat sempurna’, oleh Zat Maha Tunggal, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Islam, dalam hal keyakinan kepada Tuhan yang Esa, betul-betul adalah agama yang alamiah, selaras dengan akal sehat dan bukti yang tersebar gamblang di alam semesta. Ia adalah agama yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan, disiplin dan kemudahan. Menjadi seorang muslim, berarti manusia hidup dengan mengingat Tuhan dan berusaha keras mengikuti petunjuk Sang Pecipta.

 

Tags

Related Post